Jumat, 17 April 2009

Seorang anak manusia

Mencari perhatian lingkungan di sekitarnya, ingin memberi tahu pada semua orang bahwa dia bisa bahagia, ingin selalu di beri kasih sayang dan perhatian, itulah dia. Dia sesosok anak manusia, tanpa belaian kasih sayang seorang ibu. Bahkan tanpa perhatian sang ayah, seakan-akan hanya hidup sebatang kara walaupun berada dalam keramaian kota. Karena sikapnya yang selalu mencari perhatian, semua semakin menghindar dan bairkannya sendiri. Sungguh malang nasib anak manusia, ia hanya ingin sehelai kasih sayang dari temannya, dari orang-orang di seekitarnya. Ia ingin menangis, tapi apa daya… Dia ingin terlihat tangguh dan terus berusaha meminta perhatian. Tapi sayang ia tak sadar bahwa sebenarnya perhatian itu tak seharusnya diminta, karena semakin perhatian itu diminta maka perhatian itu sedikit demi sedikit akan berubah menjadi sosok lain. Ia tak inggin semua perhatian hanya karena kasihan, mulailah ia bertanya-tanya dalam hati. Di manakah sang ayah saat ia seperti ini, ibu adalah sosok bidadari baginya namun sayang Allah telah memanggilnya sebelum ia tumbuh dewasa.

Ayahnya telah temukan keluarga baru, tanpa melibatkannya di sana. Dalam rumah tua, ia sendirian. Tapi ia sadar bahwa keluarga yang lain tetap akan menganggap keberadaannya. Setiap pagi, tanpa dia minta telah tersedia rantang makanan di meja. Selalu seperti itu, lalu timbullah suatu tekat di benaknya. Dia harus selalu jadi nomer satu untuk membalas perhatian yang tak henti-hentinya diberikan kepadanya, walaupun saat semua orang semakin menjauhinya. Sejak itulah ia jadi semakin baik dan selalu menjadi yang terdepan. Tak terkalahkan, merupakan pembuktian darinya bahwa perhatian tidak untuk diminta melainkan untuk dicari. Untuk mendapatkannya, butuh perjuangan dan tekat dalam hati agar perhatian itu akan selalu ada untuk kita. Petiklah sebuah pelajaran dari kisah seorang anak manusian ini, karena saya menulis dari kisah seorang anak yang dekat dengan kehidupan saya.

0 Comments:

Post a Comment